Pada tanggal 7 Juli 2024, umat Buddha di Kulon Progo merayakan peringatan Waisak dengan menggelar Upacara Tribuana Manggala Bhakti. Lokasi pelaksanaan acara ini adalah Omah Watu Blencong Sokomoyo, Desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini merupakan kolaborasi yang menggabungkan Budaya Jawa dan ajaran Buddha, menunjukkan harmoni sosial dan kepedulian terhadap lingkungan.
Partisipasi dalam acara ini melibatkan dukungan dari pemerintah desa serta pemuda lintas iman dari Desa Jatimulyo, dengan kehadiran pejabat Kapanewon Girimulyo, unsur Forkopimda, perangkat Desa Jatimulyo, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Tema yang diusung dalam upacara ini adalah "Bersatu Padu Merawat Semesta", yang menggambarkan upaya bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup sebagai fondasi yang mengikat bersama seluruh masyarakat, termasuk masyarakat Buddhis dan non-Buddhis. Lingkungan alam dipandang sebagai tempat perlindungan bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak mengenal batas sosial atau sentimen primordial, menggarisbawahi pentingnya perawatan sosial yang efektif dari wilayah bersama.
Upacara Tribuana Manggala Bhakti tidak hanya sebuah kegiatan keagamaan, melainkan juga sebuah inisiatif untuk membangun peradaban yang peduli terhadap lingkungan hidup. Kombinasi budaya Jawa dengan nilai-nilai Buddha menciptakan formula yang kultural-religius, mengajak masyarakat untuk merayakan adat dalam bentuk yang menyelaraskan perhatian terhadap kelestarian lingkungan.
Rangkaian upacara mencakup serangkaian kegiatan simbolis, seperti pengambilan air suci Waisak dari mata air Krengseng Sokomoyo dengan upacara adat Jawa, penanaman pohon penyangga air di perbukitan Menoreh dengan pohon-pohon Bodhi, Mahoni, Jati, Sengon, serta tanaman produktif lainnya yang secara simbolis dipusatkan di Watu Blencong. Pelepasan burung-burung endemik dan satwa ikan di sekitar lokasi vihara juga menjadi ekspresi dari kepedulian terhadap matra udara dan cahaya, serta air.
Acara dimulai dengan prosesi pengambilan air suci, diikuti dengan persembahan Amisa Puja oleh umat Buddha yang mengenakan pakaian adat Jawa, di tempat yang disebut Omah Watu Blencong dari Vihara Giri Dharma. Prosesi ini dipimpin oleh Rama Totok Tejamano, dengan diiringi gendhing Tribuana Manggala Yekti. Sambutan dari tamu undangan turut melengkapi acara ini sebelum ditutup dengan upacara simbolik penanaman pohon dan pelepasan burung, serta pertunjukan tari yang mempesona.
Upacara Tribuana Manggala Bhakti adalah bukti nyata dari upaya membangun peradaban yang berkelanjutan dan penuh kepedulian terhadap lingkungan hidup, mempertemukan nilai-nilai budaya Jawa dengan ajaran Buddha dalam aksi nyata masyarakat untuk merawat alam.
"Terima kasih atas perhatian dari pemerintah kalurahan jatimulyo yang telah membantu dan memfasilitasi acara tribuana maupun kegiatan umat buddha yang lainnya sehingga acara bisa berjalan dengan lancar dan hikmat Tak lup kami ucapkan terima kasih juga kepada para relawan yang tidak bisa di sebutkan satu per satu